Senin, 28 November 2016

Peringatan HUT PGRI Ke -71

Dalam rangka Peringatan Hari Besar Nasional (HUT PGRI) tahun 2016, OSIS SMA Negeri 2 Bayan mengadakan berbagai macam kegiatan yang di awali dengan Upacara Bendera dengan Petugas Upacara dari dewan Guru, 
Kegiatan ini juga di lengkapi dengan berbagai adegan pentas / Pertunjukan dari para sisiwa maupun siswi yang tertuang dalam beberapa Kegiatan seperti : 
Lomba Drama
Lomba Pidato
Lomba Senam dan 
Lomba Kreasi Masakan

Berikut Kami suguhkan dokumentasi kegiatan 
Pertunjukan Peserta Taekondow 

Pentas Drama "Motivasi Siswa"

Peserta Senam kls X

Senam Perwakilan kls XII

Peserta Lomba Drama
Aktor Kembang Deso

Pentas Drama
 Aktor Babe Qarim dan Ummu Salamah
Kreasi Masakan

Pentas Drama
Adegan Aktor Guru memberikan Hukuman jaman Doelu ke siswa

Semoga Kegiatan ini memberikan pembelajaran yang berarti bagi siswa/i, dan tentunnya juga akan meningkatkan motivasi dan keberanian bagi para siswa/i.
Kegiatan HUT PGRI yang ke-71 ini berjalan selama 2 hari, dan di akhiri dengan pentupan secara resmi sekaligus Pembagian Hadiah oleh Kepala Sekolah yang di rangkai dengan Upacara Bendera Hari Senin, 28 Nov 2016.

Rabu, 09 November 2016

Kondisi Minat Baca di indinesia


MINAT baca selama ini menjadi salah satu masalah besar bagi bangsa Indonesia. Betapa tidak, saat ini minat baca masyarakat Indonesia termasuk yang terendah di Asia.

Indonesia hanya unggul di atas Kamboja dan Laos. Padahal semakin rendah kebiasaan membaca, penyakit kebodohan dan kemiskinan akan berpotensi mengancam kemajuan dan eksistensi bangsa ini. Parahnya lagi, rendahnya minat baca bukan hanya terjadi pada masyarakat umum, di SD, SMP, SMA, bahkan di perguruan tinggi pun minat baca mahasiswa sangat rendah. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kondisi di Jepang.

Saat ini tentu kita sudah melihat bagaimana kemajuan perkembangan iptek di Jepang. Semua itu disebabkan karena pemerintah Jepang sangat memprioritaskan kebutuhan bahan bacaan masyarakatnya, terutama anak-anak sekolah dan mahasiswa, sehingga tak mengherankan jika perpustakaan, terutama di kampus-kampus Jepang, selalu ramai dikunjungi mahasiswa.

Berbeda dari kondisi perpustakaan kampus di Indonesia, perpustakaan kampus tak lebih hanya sebagai tempat penyimpanan dan pajangan berbagai koleksi buku dan bahan referensi lainnya. Lebih ironis lagi, perpustakaan kampus sering dijadikan sebagai tempat untuk pacaran, bukan tempat membaca dan berdiskusi.

Sebagai seorang mahasiswa dan calon ilmuwan, perpustakaan seharusnya menjadi tempat yang paling dicari, terutama dalam mencari referensi untuk membuat atau menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.

Menumbuhkan Minat Baca

Faktor yang menjadi peyebab sepinya perpustakaan, selain minat baca mahasiswa yang menurun, juga karena perpustakaan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman dengan tidak memenuhi kebutuhan mahasiswa. Untuk memenuhi kebutuhan tugas-tugas kuliah, mahasiswa seringkali lebih memilih cara instan, yaitu mencari di internet.

Mengapa minat baca mahasiswa rendah? Menurut (Arixs: 2006) ada enam faktor penyebab: (1) Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat mahasiswa harus membaca buku, (2) banyaknya tempat hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian mereka dari menbaca buku, (3) budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita, sedangkan budaya tutur masih dominan daripada budaya membaca, (4) sarana untuk memperoleh bacaan seperti perpustakaan atau taman bacaan masih merupakan barang langka, (5) tidak meratanya penyebaran bahan bacaan di berbagai lapisan masyarakat (6) serta dorongan membaca tidak ditumbuhkan sejak jenjang pendidikan praperguruan tinggi.

Perpustakaan sesungguhnya memainkan peranan penting bagi terciptanya budaya membaca bagi mahasiswa. Perpustakaan merupakan jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan, dapat memberikan kontribusi penting bagi terbukanya akses informasi, serta menyediakan data yang akurat bagi proses pengambilan sumber-sumber referensi bagi pengembangkan ilmu pengetahuan. Dan semua itu hanya bisa di dapatkan dengan cara membaca.

Oleh sebab itulah, perpustakaan kampus hendaknya didesain sedemikian rupa supaya mahasiswa dan civitas academica lebih betah berada di sana. Perpustakaan harus mampu memenuhi dahaga para mahasiswa yang haus akan ilmu pengetahuan dengan empat cara.

Pertama, menambah sarana dan prasarana perpustakaan, seperti adanya fasilitas dan jaringan internet atau wi-fi, memperbanyak ruang diskusi, dan memperbaiki ruang bacaan. Jika hal ini dapat diwujudkan, tentu akan menarik perhatian mahasiswa berkunjung ke perpustakaan.

Kedua, memberikan pelayanan yang baik, ramah, dan bersahabat. Hal ini sangat penting mengingat para pengunjung adalah mahasiswa yang berpendidikan. Jadi jika ada pelayanan dari petugas yang kurang baik dan kurang memuaskan tentu mereka akan protes dan kurang nyaman dalam menggunakan fasilitas perpustakaan.

Ketiga, tersedianya koleksi buku yang memadai. Koleksi bahan bacaan (buku atau literarur) merupakan komponen yang paling penting bagi perpustakaan. Koleksi yang harus dimiliki oleh perpustakaan minimal adalah buku wajib bagi setiap mata kuliah yang diajarkan dan jumlahnya harus memadai. Menurut SK Mendikbud 0686/U/1991, setiap mata kuliah dasar dan mata kuliah keahlian harus disediakan dua judul buku wajib dengan jumlah eksemplar sekurang-kurangnya 10 % dari jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut.

Keempat, menciptakan iklim membaca di kampus. Lingkungan akademik yang kondusif akan mendorong mahasiswa untuk rajin ke perpustakaan. Hal itu bisa dilakukan, misalnya dengan cara dosen memberikan tugas membaca bagi mahasiswanya.

Jika perpustakaan dapat memberikan layanan yang baik dan menyediakan berbagai kebutuhan literatur yang dibutuhkan, maka mahasiswa akan banyak mendatangi perpustakaan. Lingkungan yang demikian memang tidak bisa diciptakan sendirian oleh perpustakaan, melainkan harus bekerja sama dengan seluruh warga kampus. (24)


sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/24/160264/19/Perpustakaan-Oh-Perpustakaan 
http://fauzulabimanyuandimblora.blogspot.co.id/

Peningkatan Pelayanan (Sarana dan Prasarana Sekolah)

Sekolah (Pendidikan) merupakan satu dari berbagai lembaga pemerintahan yang mempunyai peluang besar untuk menentukan kualitas Sumber Daya Manusia suatu negara, oleh karenanya sangat dibutuhkan daya dukung yang besar untuk mewujudkan Visi dan Misi yang telah direncanakan sebelumnya oleh masing-masing sekolah.
SMA Negeri 2 Bayan  dalam hal ini merupakan sekolah yang masih berusia muda (4 thn berjalan), tentu masih banyak hal yang harus di perbuat untuk menunjang daya dukung bagi para peserta didik yang berjumlah kurang dari 200 siswa,
Oleh karenanya berkenaan dengan hal diatas, ada beberapa hal yang sudah dan sedang dikerjakan oleh kepala sekolah Baru *Suharna, S.E, M.Pd di antaranya :
1. Pembangunan 2 Unit WC Darurat untuk Siswa (sdh selesai)
2. Pembangunan Gedung Parkir untuk siswa (sdh selesai)
3. Pembangunan Lab Kumputer (* darurat kapasitas 6 Komputer ) (sdh selesai)
4. Perataan Lapangan Upacara (sdh selesai)

5. Pembuatan bak lompta jauh (sedang berjalan)
6. Pembuatan Taman depan sekolah (sedang berjalan)
7. Tembok Keliling / Penyuter sekolah (rencana)
8. Gerbang Sekolah (rencana)
9. Penambahan RKB/LAB/WC (rencana) dll.
Semoga kerja keras khususnya dalam bidang Sarpras ini memberikan damfak fositif terhadap peningkatan kualitas KBM di SMA Negeri 2 Bayan.

Minggu, 16 Oktober 2016

Full Day School Bisa Bertahap


Sebab, pada dasarnya, pembelajaran sehari penuh (Sabtu- Minggu) libur ini memiliki banyak keunggulan.
Di samping membangun etos kerja-belajar siswa, juga mengacu pada pola pembelajaran tuntas, membentuk karakter, dan idealnya siswa lebih baik berlama-lama berada di sekolah. "Mengingat pendidikan di masyarakat kurang kondusif karena banyak pengaruh negatif, dan pendidikan di keluarga kurang maksimal, lebih baik siswa mendapat pendidikan di sekolah.
Sebab pendidikan sekolah paling efektif karena punya sistem, kurikulum, guru, dan dilengkapi sarana memadai," kata Ragil, kemarin. Namun dia mengingatkan, penerapan FDS harus dilakukan secara komprehensif.
Pola pembelajaran harus diubah, sehingga tidak membuat siswa jenuh. Guru harus bisa benar-benar menjadi mediator dan aktor yang menyenangkan bagi siswa. FDS sebetulnya menguntungkan bagi sekolah karena lebih leluasa berekspresi membentuk karakter siswa.
Semua pelajaran dituntaskan di sekolah dan tidak lagi membebani siswa dengan pekerjaan rumah (PR). Berdasarkan hasil penelitian, ternyata PR berdampak buruk terhadap perilaku siswa.
Banyak Diterapkan
Selama ini berdasarkan praktik lapangan, sudah banyak sekolah yang menerapkan pola ini, terutama sekolah swasta. Sekolah-sekolah tersebut bisa digunakan sebagai contoh programFDS. Gubernur Jateng melalui surat edaran Nomor 420/006752/2005 pada 27 Mei 2015 juga telah mencanangkan FDS.
Uji coba program yang bersifat opsional ini sudah diikuti oleh 504 sekolah, terdiri atas 202 SMAdan 152 SMK. "Dari evaluasi terhadap pelaksanaan program tersebut, hasilnya positif.
Program itu mampu meningkatkan pengelolaan sekolah dan meningkatkan efektivitas pengelolaan pembelajaran," ungkap Ragil, mengutip hasil evaluasi yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
Nilai-nilai agama juga dimasukkan secara integratif dalam kegiatan makan bersama, misalnya makan harus didahului dengan doa.
"Dengan sistem pembelajaran tuntas, siswa tidak perlu harus ikut bimbingan belajar dalam upaya meraih prestasi akademik. Cukup di sekolah dengan guru-guru yang profesional," kata Ragil, yang juga pengelola Sekolah Nasima. Nasima telah menerapkan FDS mulai jenjang SD, SMP, dan SMA sejak 20 tahun silam. (E1-43)
sumber : http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=8219#.WAUjQ_krLIV

Senin, 10 Oktober 2016

Informasi Khusus Buat Alumni SMA Negeri 2 Bayan

Foto Kenangan with Alumni pertama SMA Negeri 2 Bayan
Dalam rangka menyelesaikan kewajiban sekolah terhadap siswa (alumni) SMA Negeri 2 Bayan khususnya terkait dengan IJAZAH, SKHU, ALBUM KENANGAN
dll.
Maka dengan ini kami informasikan sekalugus mengharapkan kehadiran alumni untuk datang ke sekolah dalam rangka CAP 3 JARI Ijazah maupun SKHU pada hari Rabu dan kamis, 12-13 Oktober 2016, waktu : 09;00 s/d 12;00.
Untuk pengambilan ijzah paling lambat kami usahakan mulai dari hari Senin, 17 Oktober 2016

Sumber: Wakepsek Kurikulum SMA Negeri 2 Bayan

Lomba Artikel Kemdikbud

Dalam rangka menyambut Ulang Tahun Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi (Pustekkom) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI ke-38

Lomba Artikel



Waktu pengiriman: 30 September – 28 Oktober 2016
Hasil diumumkan: 07 November 2016
Tema: Manfaat Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam Belajar Sehari-hari

Syarat dan ketentuan:
1. Peserta khusus untuk siswa SMA/SMK sederajat
2. Artikel terdiri dari 1000 – 1200 kata
3. Artikel mengandung kata kunci minimal 1 Produk Pustekkom (Rumah Belajar, TV Edukasi, Radio Suara Edukasi, m-Edukasi, BSE, dll)
4. Artikel dikirimkan melalui email: lombaartikel@kemdikbud.go.id dengan format word ataupdf; atau artikel dapat diunggah melalui blog pribadi dan mengirimkan tautan alamat blog ke email tersebut.
5. 1 foto sebagai penunjang artikel merupakan nilai tambah
6. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik
7. Tulisan merupakan hasil karya sendiri
8. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
9. Artikel yang masuk akan menjadi hak milik penyelenggara

Hadiah:
Juara 1: Rp 2.000.000,00 + Souvenir Pustekkom
Juara 2: Rp 1.500.000,00 + Souvenir Pustekkom
Juara 3: Rp 1.000.000,00 + Souvenir Pustekkom
*pajak ditanggung pemenang

yuuuuk Siswa Siswi SMA Negeri 2 Bayan Ikutan..............

sumber : http://www.info-lomba.com/2016/10/lomba-artikel-kemdikbud.html

Jumat, 30 September 2016

Peran Kepala Sekolah, Guru dan Wali Kelas dalam Layanan Bimbingan dan Konseling


Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, pada dasarnya merupakan keberhasilan kolektif. Selain Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor sebagai pelaksana utama, keberhasilan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan konseling di sekolah, juga akan ditentukan oleh sejauhmana peran aktif dan keterlibatan dari berbagai pihak yang terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, diantaranya peran aktif dan keterlibatan:  (1) kepala sekolah, (2) guru mata pelajaran dan (3)  wali kelas.
1. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah memegang peranan strategis dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Secara garis besarnya, Prayitno (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling, sebagai berikut :
  • Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.
  • Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
  • Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
  • Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
  • Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi.
  • Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
2. Peran Guru Mata Pelajaran
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing yang baik, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
  • Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
  • Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
  • Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
  • Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
  • Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
  • Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
  • Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
  • Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
3. Peran Wali Kelas
Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan :
  • Membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
  • Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
  • Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling;
  • Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus; dan
  • Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor.
Sumber:
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.
Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta
Wina Senjaya. 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Kamis, 29 September 2016

Guru - Guru SMA Negeri 2 Bayan

Nama                  : Suharna, S.E, M.Pd
Alamat                : Tanjung KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : Ekonomi
Tugas Tambahan : Kepala Sekolah








Nama                  : Abdul Malik, S. Pd
Alamat                : Ancak, Karang Bajo kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : Biologi
Tugas Tambahan : Wakepsek Sarpras


Nama                  : M. Awaluddin, S. Pd
Alamat                : Anyar, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : P. Agama Islam
Tugas Tambahan : Wakepsek Kurikulum

Nama                  : Bayanto, S. Pd
Alamat                : Loloan, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : Fisika
Tugas Tambahan : Wakepsek Humas

Nama                  : Anggradi, S. E
Alamat                : Anyar, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : Ekonomi
Tugas Tambahan : Wakepsek Kesiswaan


Nama                  : Iswandi, S. Pd
Alamat                : Anyar, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : Penjasorkes
Tugas Tambahan : Wali Kelas





Nama                  : Rusman, S. Pd
Alamat                : Anyar, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : Geografi / Sosiologi
Tugas Tambahan : Wali Kelas




Nama                  : Dianto, S. Pd
Alamat                : Loloan, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : KWN
Tugas Tambahan : Wali Kelas / Pembina Osis



Nama                  : R. Efta Natasa Putra, S. Pd
Alamat                : Bayan, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : TIK
Tugas Tambahan : Pembina Olimpiade TIK



Nama                  : Siti Rustuna, S. Pd
Alamat                : Ancak, Karang Bajo, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : Kimia /  Kewirausahaan
Tugas Tambahan : Pembina Kopsis




Nama                  : Ikatayanti, S. Pd
Alamat                : Anyar, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : Matematika
Tugas Tambahan : Wali Kelas




Nama                  : Sari Suharbayani, S. Pd
Alamat                : Anyar, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : Sejarah / Seni Budaya
Tugas Tambahan : Wali Kelas



Nama                  : Dwi Lestari, S. Pd
Alamat                : Anyar, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : BP /BK
Tugas Tambahan : Pembina UKS




Nama                  : D. Puspita Lestari, S. Pd
Alamat                : Senaru, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : B. Indonesia
Tugas Tambahan : Pembina KIR (Karia Ilmiah Remaja)



Nama                  : Yuli Sukmawati, S. Pd
Alamat                : Senaru, kecmatan Bayan KLU
Agama                : Islam
Mata Pelajaran    : B. Inggris
Tugas Tambahan : Wali Kelas

7 Tips Advokasi Bimbingan dan Konseling di sekolah


Senin, 26 September 2016

8 Keterampilan yang Harus dimiliki Oleh Seorang Guru

Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini. Padahal 8 (delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru sangatlah penting, karena menyangkut efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran, berikut ini penulis menyajikan 8 (delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas di kegiatan belajar dan mengajar.
1.         Ketrampilan Bertanya
Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah. Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan anatra lain adalah :
  1. Menimbulkan rasa keingintahuan
  2. Merangsang fungsi berpikir
  3. Mengembangkan keterampilan berpikir
  4. Memfokuskan perhatian siswa
  5. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
  6. Menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya
  7. Merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.
Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.  Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam ketrampilan bertanya: Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut, Teknik Bertanya, Jenis pertanyaan.
2.         Ketrampilan Memberikan Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri. Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Memberi Penguatan Komponen-komponen itu adalah : Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.
3.         Ketrampilan Mengadakan Variasi
Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pelajaran. Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu ; Variasi dalam cara/gaya mengajar guru, Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran, Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
4.         Ketrampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen ketrampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu :Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan. Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi guru adalah dengan penguasaan ini memungkinkan guru dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya, merangsang tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar. Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan sebagainya secara objektif, membimbing siswa memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan siswa, memberi siswa kesempatan untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh balikan tentang pemahaman siswa.
5.         Ketrampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
a.         Membuka Pelajaran
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam membuka pelajaran: Hubungan dengan Kelas. Ada banyak hal yang masih memikat perhatian murid di luar ruangan kelasnya. Hal tersebut dapat membuat murid tidak memerhatikan pelajaran yang disampaikan. Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara murid dan pelajaran yang disampaikan. Pembukaan pelajaran harus sesuai dengan minat dan kebutuhan murid. Guru juga harus dapat membangkitkan minat belajar sampai murid dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Pembukaan pelajaran dengan metode yang terbaik pun tidak akan ada manfaatnya jika tidak mampu membawa murid untuk memusatkan perhatian mereka. Menghubungkan Pelajaran. Hubungkan pelajaran dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya. Setiap pelajaran baru yang diajarkan merupakan bagian dari kurikulum yang sudah ditetapkan. Pelajaran itu harus dihubungkan dengan pelajaran-pelajaran lain agar menarik perhatian murid dan menajamkan pengertian mereka terhadap rangkaian pelajaran tersebut. Dan kita dapat menyajikannya dengan lebih menarik, tetapi penuh dengan keterangan. Penyampaian pokok pelajaran harus menarik minat murid seperti halnya penyampaian pokok berita dalam sebuah surat kabar. Menguraikan Pelajaran. Setelah memperkenalkan pelajaran, guru harus mengajarkan pelajaran sesuai dengan rencana yang telah disiapkan. Mutu persiapan dapat terlihat pada waktu pengajaran itu disampaikan. Satu hal yang perlu diingat, jika tidak ada murid yang belajar dari pengajaran tersebut, itu berarti guru belum mengajarkan pelajaran itu.
b.         Menutup Pelajaran
Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan suatu penutup yang tidak tergesa-gesa dan juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam menutup pelajaran: Merangkum Pelajaran. Sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar pelajaran tersebut. Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya. Waktu menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana pelajaran berikutnya. Guru dapat memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar mereka. Sebelum kelas dibubarkan, ungkapkanlah pelajaran yang akan disampaikan minggu depan dan kemukakan rencana-rencana di mana murid dapat mengambil bagian dalam pelajaran mendatang. Bangkitkan minat. Guru tentu ingin murid-muridnya kembali di pertemuan berikutnya dengan penuh semangat. Oleh karena itu, biarkan murid pulang ke rumah mereka dengan satu pertanyaan atau pernyataan yang mengesankan, yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu mereka. Sama seperti seorang penulis yang mengakhiri sebuah bab dalam cerita bersambung, yang membuat pembaca ingin segera tahu bab berikutnya. Dengan cara yang sama, guru dapat mengakhiri pelajarannya dengan penutup yang “berklimaks” sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan tidak sabar. Memberikan tugas. Tugas-tugas harus direncanakan dengan saksama. Perlu diingat pula sikap guru yang bersemangat dalam memberikan tugas akan mempengaruhi minat dan semangat para anggota kelas.(Benson : 80-85).
6.         Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
7.         Ketrampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip Ketrampilan mengelola kelas yaitu, prefentip adalah yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran dan  represif, yaitu berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
8.         Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 sampai 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip ketrampilan ini adalah: Ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, Ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar, Ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.[Ai]


sumber : http://www.artikelind.com/2011/07/8-keterampilan-yang-harus-dimiliki-oleh-seorang-guru.html

Akulturasi Kebudayaan Indonesia / Nusantara dengan Agama Hindu Buddha


Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses percampuran antara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan baru yang merupakan hasil percampuran itu masing-masing tidak kehilangan kepribadian/ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang. Begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan kebudayaan Indonesia asli.

Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Buddha

Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia asli sebagai berikut.

1. Seni Bangunan

Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu- Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagianbagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candicandi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.

2. Sistem Kepercayaan

Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam kuburnya disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan seorang naik perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme).
Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya peripih tempat penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme. Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan yoni lambang perempuan.

3. Seni Rupa dan Seni Ukir

Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dindingdinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dindingdinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.
Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah. Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah motif binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering diabadikan dengan cara di lukis.

4. Seni Sastra dan Aksara

Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya, kesusasteraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan).
Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para pujangga Indonesia. Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita-cerita Carangan.
Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabarata dan Ramayana, melahirkan seni pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif (pendidikan). Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia. Seni pahat dan ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia.
Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokohtokoh punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokohtokoh ini tidak ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno. Pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya Indonesia. Misalnya, ada prasasti dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali Kuno (Indonesia).

5. Sistem Pemerintahan

Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau semacam kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua (senior), arif, dapat membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang ekonomi, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib (kesaktian). Setelah pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini secara jelas terjadi di Kutai.
Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan, misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum Hindu-Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat raja dipandang dekat dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-puja.


Sumber : http://www.artikelind.com/2016/06/akulturasi-kebudayaan-nusantara-dan-hindu-buddha.html