Senin, 28 November 2016

Peringatan HUT PGRI Ke -71

Dalam rangka Peringatan Hari Besar Nasional (HUT PGRI) tahun 2016, OSIS SMA Negeri 2 Bayan mengadakan berbagai macam kegiatan yang di awali dengan Upacara Bendera dengan Petugas Upacara dari dewan Guru, 
Kegiatan ini juga di lengkapi dengan berbagai adegan pentas / Pertunjukan dari para sisiwa maupun siswi yang tertuang dalam beberapa Kegiatan seperti : 
Lomba Drama
Lomba Pidato
Lomba Senam dan 
Lomba Kreasi Masakan

Berikut Kami suguhkan dokumentasi kegiatan 
Pertunjukan Peserta Taekondow 

Pentas Drama "Motivasi Siswa"

Peserta Senam kls X

Senam Perwakilan kls XII

Peserta Lomba Drama
Aktor Kembang Deso

Pentas Drama
 Aktor Babe Qarim dan Ummu Salamah
Kreasi Masakan

Pentas Drama
Adegan Aktor Guru memberikan Hukuman jaman Doelu ke siswa

Semoga Kegiatan ini memberikan pembelajaran yang berarti bagi siswa/i, dan tentunnya juga akan meningkatkan motivasi dan keberanian bagi para siswa/i.
Kegiatan HUT PGRI yang ke-71 ini berjalan selama 2 hari, dan di akhiri dengan pentupan secara resmi sekaligus Pembagian Hadiah oleh Kepala Sekolah yang di rangkai dengan Upacara Bendera Hari Senin, 28 Nov 2016.

Rabu, 09 November 2016

Kondisi Minat Baca di indinesia


MINAT baca selama ini menjadi salah satu masalah besar bagi bangsa Indonesia. Betapa tidak, saat ini minat baca masyarakat Indonesia termasuk yang terendah di Asia.

Indonesia hanya unggul di atas Kamboja dan Laos. Padahal semakin rendah kebiasaan membaca, penyakit kebodohan dan kemiskinan akan berpotensi mengancam kemajuan dan eksistensi bangsa ini. Parahnya lagi, rendahnya minat baca bukan hanya terjadi pada masyarakat umum, di SD, SMP, SMA, bahkan di perguruan tinggi pun minat baca mahasiswa sangat rendah. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kondisi di Jepang.

Saat ini tentu kita sudah melihat bagaimana kemajuan perkembangan iptek di Jepang. Semua itu disebabkan karena pemerintah Jepang sangat memprioritaskan kebutuhan bahan bacaan masyarakatnya, terutama anak-anak sekolah dan mahasiswa, sehingga tak mengherankan jika perpustakaan, terutama di kampus-kampus Jepang, selalu ramai dikunjungi mahasiswa.

Berbeda dari kondisi perpustakaan kampus di Indonesia, perpustakaan kampus tak lebih hanya sebagai tempat penyimpanan dan pajangan berbagai koleksi buku dan bahan referensi lainnya. Lebih ironis lagi, perpustakaan kampus sering dijadikan sebagai tempat untuk pacaran, bukan tempat membaca dan berdiskusi.

Sebagai seorang mahasiswa dan calon ilmuwan, perpustakaan seharusnya menjadi tempat yang paling dicari, terutama dalam mencari referensi untuk membuat atau menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.

Menumbuhkan Minat Baca

Faktor yang menjadi peyebab sepinya perpustakaan, selain minat baca mahasiswa yang menurun, juga karena perpustakaan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman dengan tidak memenuhi kebutuhan mahasiswa. Untuk memenuhi kebutuhan tugas-tugas kuliah, mahasiswa seringkali lebih memilih cara instan, yaitu mencari di internet.

Mengapa minat baca mahasiswa rendah? Menurut (Arixs: 2006) ada enam faktor penyebab: (1) Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat mahasiswa harus membaca buku, (2) banyaknya tempat hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian mereka dari menbaca buku, (3) budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita, sedangkan budaya tutur masih dominan daripada budaya membaca, (4) sarana untuk memperoleh bacaan seperti perpustakaan atau taman bacaan masih merupakan barang langka, (5) tidak meratanya penyebaran bahan bacaan di berbagai lapisan masyarakat (6) serta dorongan membaca tidak ditumbuhkan sejak jenjang pendidikan praperguruan tinggi.

Perpustakaan sesungguhnya memainkan peranan penting bagi terciptanya budaya membaca bagi mahasiswa. Perpustakaan merupakan jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan, dapat memberikan kontribusi penting bagi terbukanya akses informasi, serta menyediakan data yang akurat bagi proses pengambilan sumber-sumber referensi bagi pengembangkan ilmu pengetahuan. Dan semua itu hanya bisa di dapatkan dengan cara membaca.

Oleh sebab itulah, perpustakaan kampus hendaknya didesain sedemikian rupa supaya mahasiswa dan civitas academica lebih betah berada di sana. Perpustakaan harus mampu memenuhi dahaga para mahasiswa yang haus akan ilmu pengetahuan dengan empat cara.

Pertama, menambah sarana dan prasarana perpustakaan, seperti adanya fasilitas dan jaringan internet atau wi-fi, memperbanyak ruang diskusi, dan memperbaiki ruang bacaan. Jika hal ini dapat diwujudkan, tentu akan menarik perhatian mahasiswa berkunjung ke perpustakaan.

Kedua, memberikan pelayanan yang baik, ramah, dan bersahabat. Hal ini sangat penting mengingat para pengunjung adalah mahasiswa yang berpendidikan. Jadi jika ada pelayanan dari petugas yang kurang baik dan kurang memuaskan tentu mereka akan protes dan kurang nyaman dalam menggunakan fasilitas perpustakaan.

Ketiga, tersedianya koleksi buku yang memadai. Koleksi bahan bacaan (buku atau literarur) merupakan komponen yang paling penting bagi perpustakaan. Koleksi yang harus dimiliki oleh perpustakaan minimal adalah buku wajib bagi setiap mata kuliah yang diajarkan dan jumlahnya harus memadai. Menurut SK Mendikbud 0686/U/1991, setiap mata kuliah dasar dan mata kuliah keahlian harus disediakan dua judul buku wajib dengan jumlah eksemplar sekurang-kurangnya 10 % dari jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut.

Keempat, menciptakan iklim membaca di kampus. Lingkungan akademik yang kondusif akan mendorong mahasiswa untuk rajin ke perpustakaan. Hal itu bisa dilakukan, misalnya dengan cara dosen memberikan tugas membaca bagi mahasiswanya.

Jika perpustakaan dapat memberikan layanan yang baik dan menyediakan berbagai kebutuhan literatur yang dibutuhkan, maka mahasiswa akan banyak mendatangi perpustakaan. Lingkungan yang demikian memang tidak bisa diciptakan sendirian oleh perpustakaan, melainkan harus bekerja sama dengan seluruh warga kampus. (24)


sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/24/160264/19/Perpustakaan-Oh-Perpustakaan 
http://fauzulabimanyuandimblora.blogspot.co.id/

Peningkatan Pelayanan (Sarana dan Prasarana Sekolah)

Sekolah (Pendidikan) merupakan satu dari berbagai lembaga pemerintahan yang mempunyai peluang besar untuk menentukan kualitas Sumber Daya Manusia suatu negara, oleh karenanya sangat dibutuhkan daya dukung yang besar untuk mewujudkan Visi dan Misi yang telah direncanakan sebelumnya oleh masing-masing sekolah.
SMA Negeri 2 Bayan  dalam hal ini merupakan sekolah yang masih berusia muda (4 thn berjalan), tentu masih banyak hal yang harus di perbuat untuk menunjang daya dukung bagi para peserta didik yang berjumlah kurang dari 200 siswa,
Oleh karenanya berkenaan dengan hal diatas, ada beberapa hal yang sudah dan sedang dikerjakan oleh kepala sekolah Baru *Suharna, S.E, M.Pd di antaranya :
1. Pembangunan 2 Unit WC Darurat untuk Siswa (sdh selesai)
2. Pembangunan Gedung Parkir untuk siswa (sdh selesai)
3. Pembangunan Lab Kumputer (* darurat kapasitas 6 Komputer ) (sdh selesai)
4. Perataan Lapangan Upacara (sdh selesai)

5. Pembuatan bak lompta jauh (sedang berjalan)
6. Pembuatan Taman depan sekolah (sedang berjalan)
7. Tembok Keliling / Penyuter sekolah (rencana)
8. Gerbang Sekolah (rencana)
9. Penambahan RKB/LAB/WC (rencana) dll.
Semoga kerja keras khususnya dalam bidang Sarpras ini memberikan damfak fositif terhadap peningkatan kualitas KBM di SMA Negeri 2 Bayan.

Minggu, 16 Oktober 2016

Full Day School Bisa Bertahap


Sebab, pada dasarnya, pembelajaran sehari penuh (Sabtu- Minggu) libur ini memiliki banyak keunggulan.
Di samping membangun etos kerja-belajar siswa, juga mengacu pada pola pembelajaran tuntas, membentuk karakter, dan idealnya siswa lebih baik berlama-lama berada di sekolah. "Mengingat pendidikan di masyarakat kurang kondusif karena banyak pengaruh negatif, dan pendidikan di keluarga kurang maksimal, lebih baik siswa mendapat pendidikan di sekolah.
Sebab pendidikan sekolah paling efektif karena punya sistem, kurikulum, guru, dan dilengkapi sarana memadai," kata Ragil, kemarin. Namun dia mengingatkan, penerapan FDS harus dilakukan secara komprehensif.
Pola pembelajaran harus diubah, sehingga tidak membuat siswa jenuh. Guru harus bisa benar-benar menjadi mediator dan aktor yang menyenangkan bagi siswa. FDS sebetulnya menguntungkan bagi sekolah karena lebih leluasa berekspresi membentuk karakter siswa.
Semua pelajaran dituntaskan di sekolah dan tidak lagi membebani siswa dengan pekerjaan rumah (PR). Berdasarkan hasil penelitian, ternyata PR berdampak buruk terhadap perilaku siswa.
Banyak Diterapkan
Selama ini berdasarkan praktik lapangan, sudah banyak sekolah yang menerapkan pola ini, terutama sekolah swasta. Sekolah-sekolah tersebut bisa digunakan sebagai contoh programFDS. Gubernur Jateng melalui surat edaran Nomor 420/006752/2005 pada 27 Mei 2015 juga telah mencanangkan FDS.
Uji coba program yang bersifat opsional ini sudah diikuti oleh 504 sekolah, terdiri atas 202 SMAdan 152 SMK. "Dari evaluasi terhadap pelaksanaan program tersebut, hasilnya positif.
Program itu mampu meningkatkan pengelolaan sekolah dan meningkatkan efektivitas pengelolaan pembelajaran," ungkap Ragil, mengutip hasil evaluasi yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
Nilai-nilai agama juga dimasukkan secara integratif dalam kegiatan makan bersama, misalnya makan harus didahului dengan doa.
"Dengan sistem pembelajaran tuntas, siswa tidak perlu harus ikut bimbingan belajar dalam upaya meraih prestasi akademik. Cukup di sekolah dengan guru-guru yang profesional," kata Ragil, yang juga pengelola Sekolah Nasima. Nasima telah menerapkan FDS mulai jenjang SD, SMP, dan SMA sejak 20 tahun silam. (E1-43)
sumber : http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=8219#.WAUjQ_krLIV

Senin, 10 Oktober 2016

Informasi Khusus Buat Alumni SMA Negeri 2 Bayan

Foto Kenangan with Alumni pertama SMA Negeri 2 Bayan
Dalam rangka menyelesaikan kewajiban sekolah terhadap siswa (alumni) SMA Negeri 2 Bayan khususnya terkait dengan IJAZAH, SKHU, ALBUM KENANGAN
dll.
Maka dengan ini kami informasikan sekalugus mengharapkan kehadiran alumni untuk datang ke sekolah dalam rangka CAP 3 JARI Ijazah maupun SKHU pada hari Rabu dan kamis, 12-13 Oktober 2016, waktu : 09;00 s/d 12;00.
Untuk pengambilan ijzah paling lambat kami usahakan mulai dari hari Senin, 17 Oktober 2016

Sumber: Wakepsek Kurikulum SMA Negeri 2 Bayan

Lomba Artikel Kemdikbud

Dalam rangka menyambut Ulang Tahun Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi (Pustekkom) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI ke-38

Lomba Artikel



Waktu pengiriman: 30 September – 28 Oktober 2016
Hasil diumumkan: 07 November 2016
Tema: Manfaat Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam Belajar Sehari-hari

Syarat dan ketentuan:
1. Peserta khusus untuk siswa SMA/SMK sederajat
2. Artikel terdiri dari 1000 – 1200 kata
3. Artikel mengandung kata kunci minimal 1 Produk Pustekkom (Rumah Belajar, TV Edukasi, Radio Suara Edukasi, m-Edukasi, BSE, dll)
4. Artikel dikirimkan melalui email: lombaartikel@kemdikbud.go.id dengan format word ataupdf; atau artikel dapat diunggah melalui blog pribadi dan mengirimkan tautan alamat blog ke email tersebut.
5. 1 foto sebagai penunjang artikel merupakan nilai tambah
6. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik
7. Tulisan merupakan hasil karya sendiri
8. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
9. Artikel yang masuk akan menjadi hak milik penyelenggara

Hadiah:
Juara 1: Rp 2.000.000,00 + Souvenir Pustekkom
Juara 2: Rp 1.500.000,00 + Souvenir Pustekkom
Juara 3: Rp 1.000.000,00 + Souvenir Pustekkom
*pajak ditanggung pemenang

yuuuuk Siswa Siswi SMA Negeri 2 Bayan Ikutan..............

sumber : http://www.info-lomba.com/2016/10/lomba-artikel-kemdikbud.html

Jumat, 30 September 2016

Peran Kepala Sekolah, Guru dan Wali Kelas dalam Layanan Bimbingan dan Konseling


Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, pada dasarnya merupakan keberhasilan kolektif. Selain Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor sebagai pelaksana utama, keberhasilan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan konseling di sekolah, juga akan ditentukan oleh sejauhmana peran aktif dan keterlibatan dari berbagai pihak yang terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, diantaranya peran aktif dan keterlibatan:  (1) kepala sekolah, (2) guru mata pelajaran dan (3)  wali kelas.
1. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah memegang peranan strategis dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Secara garis besarnya, Prayitno (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling, sebagai berikut :
  • Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.
  • Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
  • Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
  • Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
  • Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi.
  • Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
2. Peran Guru Mata Pelajaran
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing yang baik, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
  • Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
  • Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
  • Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
  • Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
  • Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
  • Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
  • Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
  • Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
3. Peran Wali Kelas
Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan :
  • Membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
  • Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
  • Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling;
  • Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus; dan
  • Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor.
Sumber:
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.
Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta
Wina Senjaya. 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group